Posting Terbaru :

[Cerita Panas] Baby Sitterku Sayang

Written By detikberita.com on Sabtu, 07 Januari 2012 | 21.59

Aku adalah seorang anak yang dilahirkan dari keluarga yang mampu di mana papaku sibuk dengan urusan kantornya dan mamaku sibuk dengan arisan dan belanja-belanja. Sementara aku dibesarkan oleh seorang baby sitter yang bernama Marni. Aku panggil dengan Mbak Marni.

Peristiwa ini terjadi pada tahun 1996 saat aku lulus SMP Swasta di Jakarta. Pada waktu itu aku dan kawan-kawanku main ke rumahku, sementara papa dan mama tidak ada di rumah. Adi, Dadang, Abe dan Aponk main ke rumahku, kami berlima sepakat untuk menonton VCD porno yang dibawa oleh Aponk, yang memang kakak iparnya mempunyai usaha penyewaan VCD di rumahnya. Aponk membawa 4 film porno dan kami serius menontonnya. Tanpa diduga Mbak Marni mengintip kami berlima yang sedang menonton, waktu itu usia Mbak Marni 28 tahun dan belum menikah, karena Mbak Marni sejak berumur 20 tahun telah menjadi baby sitterku.

Tanpa disadari aku ingin sekali melihat dan melakukan hal-hal seperti di dalam VCD porno yang kutonton bersama dengan teman-teman. Mbak Marni mengintip dari celah pintu yang tidak tertutup rapat dan tidak ketahuan oleh keempat temanku.
"Maaf yah, gue mau ke belakang dulu..."
"Ya... ya.. tapi tolong ditutup pintunya yah", jawab keempat temanku.
"Ya, nanti kututup rapat", jawabku.
Aku keluar kamarku dan mendapati Mbak Marni di samping pintuku dengan nafas yang tersengal-sengal.
"Hmm.. hmmm, Mas Ton", Mbak Marni menegurku seraya membetulkan posisi berdirinya.
"Ada apa Mbak ngintip-ngintip Tonny dan kawan-kawan?" tanyaku keheranan.
Hatiku berbicara bahwa ini kesempatan untuk dapat melakukan segala hal yang tadi kutonton di VCD porno.

Perlahan-lahan kukunci kamarku dari luar kamar dan aku berpura-pura marah terhadap Mbak Marni.
"Mbak, apa-apaan sih ngintip-ngintip segala."
"Hmm.. hmmm, Mbak mau kasih minum untuk teman-teman Mas Tonny", jawabnya.
"Nanti aku bilangin papa dan mama loh, kalo Mbak Marni ngintipin Tonny", ancamku, sembari aku pergi turun ke bawah dan untungnya kamarku berada di lantai atas.
Mbak Marni mengikutiku ke bawah, sesampainya di bawah, "Mbak Marni, kamu ngintipin saya dan teman-teman itu maksudnya apa?" tanyaku.
"Mbak, ingin kasih minum teman-teman Mas Tonny."
"Kok, Mbak nggak membawa minuman ke atas", tanyaku dan memang Mbak Marni ke atas tanpa membawa minuman.
"Hmmm.. Hmmm.." ucap Mbak Marni mencari alasan yang lain.

Dengan kebingungan Mbak Marni mencari alasan yang lain dan tidak disadari olehnya, aku melihat dan membayangkan bentuk tubuh dan payudara Mbak Marni yang ranum dan seksi sekali. Dan aku memberanikan diri untuk melakukan permainan yang telah kutonton tadi.

"Sini Mbak"
"Lebih dekat lagi"
"Lebih dekat lagi dong.."
Mbak Marni mengikuti perintahku dan dirinya sudah dekat sekali denganku, terasa payudaranya yang ranum telah menyentuh dadaku yang naik turun oleh deruan nafsu. Aku duduk di meja makan sehingga Mbak Marni berada di selangkanganku.

"Mas Tonny mau apa", tanyanya.
"Mas, mau diapain Mbak", tanyanya, ketika aku memegang bahunya untuk didekatkan ke selangkanganku.
"Udah, jangan banyak tanya", jawabku sembari aku melingkari kakiku ke pinggulnya yang seksi.
"Jangan Mas.. jangan Mas Tonny", pintanya untuk menghentikanku membuka kancing baju baby sitterku.
"Jangan Mas Ton, jangan.. jangan.." tolaknya tanpa menampik tanganku yang membuka satu persatu kancing bajunya.

Sudah empat kancing kubuka dan aku melihat bukit kembar di hadapanku, putih mulus dan mancung terbungkus oleh BH yang berenda. Tanpa kuberi kesempatan lagi untuk mengelak, kupegang payudara Mbak Marni dengan kedua tanganku dan kupermainkan puting susunya yang berwarna coklat muda dan kemerah-merahan.

"Jangan.. jangaaan Mas Tonny"
"Akh.. akh... jangaaan, jangan Mas"
"Akh.. akh.. akh"
"Jangan.. Mas Tonnn"

Aku mendengar Mbak Marni mendesah-desah, aku langsung mengulum puting susunya yang belum pernah dipegang dan di kulum oleh seorang pria pun. Aku memasukkan seluruh buah dadanya yang ranum ke dalam mulutku sehingga terasa sesak dan penuh mulutku. "Okh.. okh.. Mas.. Mas Ton.. tangan ber.." tanpa mendengarkan kelanjutan dari desahan itu kumainkan puting susunya dengan gigiku, kugigit pelan-pelan. "Ohk.. ohk.. ohk.." desahan nafas Mbak Marni seperti lari 12 kilo meter. Kupegang tangan Mbak Marni untuk membuka celana dalamku dan memegang kemaluanku. Tanpa diberi aba-aba, Mbak Marni memegang kemaluanku dan melakukan gerakan mengocok dari ujung kemaluanku sampai pangkal kemaluan.

"Okh.. okh.. Mbak.. Mbaaak"
"Terusss.. sss.. Mbak"
"Masss.. Masss.. Tonnny, saya tidak kuat lagi"
Mendengar itu lalu aku turun dari meja makan dan kubawa Mbak Marni tiduran di bawah meja makan. Mbak Marni telentang di lantai dengan payudara yang menantang, tanpa kusia-siakan lagi kuberanikan untuk meraba selangkangan Mbak Marni. Aku singkapkan pakaiannya ke atas dan kuraba-raba, aku merasakan bahwa celana dalamnya sudah basah. Tanganku mulai kumasukkan ke dalam CD-nya dan aku merasakan adanya bulu-bulu halus yang basah oleh cairan liang kewanitaannya.

"Mbak, dibuka yah celananya." Mbak Marni hanya mengangguk dua kali. Sebelum kubuka, aku mencoba memasukkan telunjukku ke dalam liang kewanitaannya. Jari telunjukku telah masuk separuhnya dan kugerakkan telunjukku seperti aku memanggil anjingku.

"Shs.. shss.. sh"
"Cepat dibuka", pinta Mbak Marni.
Kubuka celananya dan kulempar ke atas kursi makan, aku melihat kemaluannya yang masih orisinil dan belum terjamah serta bulu-bulu yang teratur rapi. Aku mulai teringat akan film VCD porno yang kutonton dan kudekatkan mulutku ke liang kewanitaannya. Perlahan-lahan kumainkan lidahnku di sekitar liang surganya, ada rasa asem-asem gurih di lidahku dan kuberanikan lidahku untuk memainkan bagian dalam liang kewanitaannya. Kutemukan adanya daging tumbuh seperti kutil di dalam liang kenikmatannya, kumainkan daging itu dengan lidahku.

"Masssh.. Masss.."
"Mbak mau kellluaaar..."
Aku tidak tahu apa yang dimaksud dengan "keluar", tetapi aku semakin giat memainkan daging tumbuh tersebut, tanpa kusadari ada cairan yang keluar dari liang kewanitaannya yang kurasakan di lidahku, kulihat liang kewanitaan Mbak Marni telah basah dengan campuran air liurku dan cairan liang kewanitaannya. Lalu aku merubah posisiku dengan berlutut dan kuarahkan batang kemaluanku ke lubang senggamanya, karena sejak tadi kemaluanku tegang. "Slepp.. slepp" Aku merasakan kehangatan luar biasa di kepala kemaluanku.

"Mass.. Masss pellannn donggg.." Kutekan lagi kemaluanku ke dalam liang surganya. "Sleep.. sleep" dan, "Heck.. heck", suara Mbak Marni tertahan saat kemaluanku masuk seluruhnya ke dalam liang kewanitaannya. "Mass.. Masss.. pelaaan.." Nafsu birahiku telah sampai ke ubun-ubun dan aku tidak mendengar ucapan Mbak Marni. Maka kupercepat gerakanku. "Heck.. heck.. heck.. tolong.. tolllong Mass pelan-pelan" tak lama kemudian, "Mas Tonnny, Mbaaak keluaaar laaagi" Bersamaan dengan itu kurasakan desakan yang hebat dalam kepala kemaluanku yang telah disemprot oleh cairan kewanitaan Mbak Marni. Maka kutekan sekuat-kuatnya kemaluanku untuk masuk seluruhnya ke dalam liang kewanitaan Mbak Marni. Kudekap erat tubuh Mbak Marni sehingga agak tersengal-sengal, tak lama kemudian, "Croot.. crooot" spermaku masuk ke dalam liang kewanitaan Mbak Marni.

Setelah Mbak Marni tiga kali keluar dan aku sudah keluar, Mbak Marni lemas di sampingku. Dalam keadaan lemas aku naik ke dadanya dan aku minta untuk dibersihkan kemaluanku dengan mulutnya. Dengan sigap Mbak Marni menuruti permintaanku. Sisa spermaku disedot oleh Mbak Marni sampai habis ke dalam mulutnya. Kami melakukan kira-kira selama tiga jam, tanpa kusadari teman-temanku teriak-teriak karena kunci pintu kamarku sewaktu aku keluar tadi. "Tonnny.. tolong bukain dong, pintunya" Maka cepat-cepat kuminta Mbak Marni menuju ke kamarnya untuk berpura-pura tidur dan aku naik ke atas membukakan pintu kamarku. Bertepatan dengan aku ke atas mamaku pulang naik taksi. Dan kuminta teman-temanku untuk makan oleh-oleh mamaku lalu kusuruh pulang.

Setelah seluruh temanku pulang dan mamaku istirahat di kamar menunggu papa pulang. Aku ke kamar Mbak Marni untuk meminta maaf, atas perlakuanku yang telah merenggut keperawanannya.
"Mbak, maafin Tonny yah!"
"Nggak apa-apa Mas Tonny, Mbak juga rela kok"
"Keperawanan Mbak lebih baik diambil sama kamu dari pada sama supir tetangga", jawab Mbak Marni. Dengan kerelaannya tersebut maka, kelakuanku makin hari makin manja terhadap baby sitterku yang merawatku semenjak usiaku sembilan tahun. Sejak kejadian itu kuminta Mbak Marni main berdiri, main di taman, main di tangga dan mandi bersama, Mbak Marni bersedia melakukannya.

Hingga suatu saat terjadi, bahwa Mbak Marni mengandung akibat perbuatanku dan aku ingat waktu itu aku kelas dua SMA. Papa dan mamaku memarahiku, karena hubunganku dengan Mbak Marni yang cantik wajahnya dan putih kulitnya. Aku dipisahkan dengan Mbak Marni, Mbak Marni dicarikan suami untuk menjadi bapak dari anakku tersebut.

Sekarang aku merindukan kebersamaanku dengan Mbak Marni, karena aku belum mendapatkan wanita yang cocok untukku. Itulah kisahku para pembaca, sekarang aku sudah bekerja di perusahaan ayahku sebagai salah satu pimpinan dan aku sedang mencari tahu ke mana Mbak Marni, baby sitterku tersayang dan bagaimana kabarnya Tonny kecilku.


TAMAT

Tante Ela Butuh Brondong Maco


Kelakuan Bandel Cewek ABG dikolam renang



Body Bahenol Cewek Bertatto


Bunga Model Seksi yang doyan basah-basahan



Cewek Kesepian Berpose Menantang




Model Seksi dengan gaya cowgirl, ada yang mau jadi kudanya?





7 Mitos Penyebab Gemuk


Lemak sering kali dituding sebagai "biang keladi" obesitas serta berbagai jenis penyakit berbahaya lainnya. Akibatnya, kian hari kian banyak saja perempuan yang menyingkirkan lemak dari menu sehari-hari. Padahal, beberapa di antara pernyataan buruk tentang lemak itu hanyalah mitos yang menyesatkan.

Mitos 1: Jangan Minum Susu kalau Mau Kurus
Tubuh kita membutuhkan protein, vitamin (A dan D), mineral, dan suplai energi yang terkandung di dalam susu. Susu juga amat baik karena kandungan kalsium yang tinggi (116-290 mg kalsium per 100 gram susu). Kekurangan kalsium akan membuat Anda rentan terserang osteoporosis dan kekurangan produksi hormon yang bisa membantu mengurai lemak di dalam tubuh.

Tip: Minumlah susu 1-2 kali sehari. Perempuan berusia di bawah 30 tahun masih boleh mengonsumsi susu full cream. Susu low fat ataupun nonfat adalah pilihan terbaik bagi yang usianya di atas 30 tahun.

Mitos 2: Avokad adalah Jenis "Buah Terlarang"
Lemak di dalam avokad adalah asam lemak omega-9, jenis lemak baik yang justru mampu menekan kadar kolesterol jahal (LDL). Avokad juga kaya serat sehingga bisa menyerap kelebihan LDL dan membuangnya bersama sisa-sisa pembakaran. Avokad pun kaya kalium yang berkhasiat menstabilkan debar jantung dan tekanan darah serta memelihara kesehatan sistem saraf. Juga kaya vitamin E dan B yang penting untuk menjaga kesehatan kulit, mencegah penuaan dini, dan memperkuat imunitas tubuh.

Tip: Santap avokad tanpa tambahan dressing, seperti susu, cokelat, ataupun gula. Avokad juga lezat dinikmati sebagai pengganti mentega atau butter untuk melapisi roti.

Mitos 3: Mentega Lebih Baik daripada Minyak Goreng
Mentega terbuat dari krim susu sehingga kandungan kolesterol di dalamnya justru lebih tinggi dibandingkan minyak goreng. Terlebih, minyak goreng yang terbuat dari bahan nabati, seperti minyak zaitun, minyak kanola, atau minyak wijen. Meski minyak goreng nabati mengandung lebih banyak lemak dibandingkan mentega, sebagian besar kandungan lemak yang terdapat di dalamnya tergolong lemak "baik" yang mudah diuraikan tubuh.

Tip: Hindari memproses makanan dengan cara digoreng dan pilihlah makanan yang direbus, dikukus, atau ditumis. Jika terpaksa mesti menggoreng, pilihlah jenis minyak nabati.

Mitos 4: Banyak-banyak Makan Telur Itu Aman
Memang banyak olahragawan yang makan telur banyak-banyak demi mendapatkan tubuh berotot. Tapi, mereka punya panduan diet yang membatasi jumlah konsumsi telur dan mengimbanginya dengan asupan nutrisi lain. Telur memang mengandung banyak zat gizi, seperti vitamin B-kompleks, asam amino esensial, seperti mineral (besi, fosfor, dan kalsium). Namun, selain kaya gizi, kandungan kolesterol di dalam kuning telur amat tinggi sehingga konsumsinya harus dibatasi.

Tip: Batasi makan telur menjadi 2 butir per minggu. Bersama telur, konsumsilah sayur-sayuran yang kaya vitamin A, D, E, dan K, seperti wortel dan tauge, untuk membantu melarutkan lemak.

Mitos 5: Pantang Makan Daging Bikin Tubuh Langsing
Daging adalah bahan pangan yang kaya protein serta asam amino esensial yang penting bagi tubuh. Di dalam daging ikan terkandung asam lemak omega-3 yang berguna mencegah penyakit jantung serta omega-6 yang mampu meningkatkan pembakaran energi dalam tubuh, mengatasi retensi (penarikan air dalam tubuh) dan penyakit jantung koroner.

Tip: Perbanyak konsumsi ikan dibandingkan daging sapi dan ayam. Buang kulit dan bagian yang berlemak. Jika ingin menyantap steak, hindari steak prime rib atau T-bone yang banyak lemak.

Mitos 6: Doyan Es Krim Bikin Badan Melar
Es krim yang berbahan dasar susu memang mengandung lemak dan kolesterol dalam jumlah bervariasi. Tetapi, jangan lupa, di dalam setiap jenis makanan terdapat zat gizi yang baik dan buruk bagi tubuh. Selain lemak dan kolesterol, es krim juga mengandung banyak sekali mineral (kalsium, magnesium, natrium, kalium, besi, seng, dan iodium), protein, serta vitamin A, B, D, dan E. Kalsium malah mampu meningkatkan produksi hormon yang bertugas menguraikan lemak dalam tubuh.

Tip: Pilih es krim rendah lemak, sorbet, ataupun gelato. Lebih baik lagi, nikmatilah es krim dengan dicampur beraneka macam potongan buah.

Mitos 7: Kacang-kacangan adalah Camilan yang Menggemukkan
Penelitian di Purdue University menyatakan, menyantap kacang-kacangan bisa mendatangkan rasa kenyang lebih lama dibandingkan camilan diet, seperti biskuit beras dalam jumlah sama. Lemak dalam kacang adalah omega-9, lemak "baik" yang mampu menurunkan level LDL. Kacang almon, hazelnut, dan walnut mengandung asam amino arginine yang mampu memperlebar pembuluh darah arteri dan menurunkan tekanan darah.

Tip: Menurut penelitian, mengemil kacang 5 kali seminggu masing-masing 1 bungkus kecil dapat menurunkan risiko serangan jantung sebesar 25-39 persen. Tapi, konsumsi kacang yang dipanggang, jangan yang digoreng.

sumber http://wahw33d.blogspot.com/2010/07/7-mitos-yang-salah-tentang-lemak.html

Tante Girang dengan lingerie biru transparannya



[Cerita Panas] Ratna, Adikku Sayang!

-”Kamu tahu nggak, Yon.. kalau kamu sebenarnya bukan anak tunggal”, kata ibuku ketika kami sedang makan siang bersama bapak baruku (ibuku baru sebulan lalu menikah lagi). Terkejut juga aku mendengarnya. Hampir tak percaya.
-”Kenapa baru sekarang ibu memberitahu saya?”, tanyaku. Waktu itu aku berusia 22 tahun.
-”Ya, karena ibu baru ingat saja. Kebetulan hari ini hari ulang tahunmu. Jadi, ibu akan bilang kalau di dalam sebuah keluarga, tidak boleh ada kakak beradik laki-laki dan perempuan yang memiliki tanggal dan bulan kelahiran yang sama. Harus dipisah. Kamu lahir 17 Juni, sedangkan adikmu juga 17 Juni. Cuma beda tahunnya. Bahkan saudara kembar laki-laki dan perempuanpun harus dipisah”
-”Lho, apa alasannya?”, aku heran.
-”Ya, itu cuma kepercayaan. Terserah, percaya atau tidak itu hak setiap orang. Kalau kamu dan adikmu tinggal serumah, akan berakibat yang tidak baik. Akan tertimpa sial terus..”, ibu menjelaskan.
-”Ha.. ha.. ha.. sudah era komputer begini ibu masih percaya begituan! Kapan bangsa Indonesia bisa maju kalau masih percaya ilmu gitu-gituan..”, mendadak aku tertawa.
-”Terserah..”, ibu pasrah.
-”Lho, memang sekarang di mana dia”, aku ingin tahu.
-”Lho, apa Tante Yohanna tidak cerita kalau yang studi di Kanada itu adik kandungmu?”, ibuku bertanya sambil makan buah semangka.
Dari cerita ibu, aku tahu adik kandungku bernama Ratna Kemalasari. Sewaktu aku ke rumah Tante Yohanna beberapa waktu yang lalu, Tante nggak pernah mengatakan hal ini. Entahlah, mungkin lupa, atau barangkali ada yang ditutup-tutupi.

Selesai makan, tiba-tiba telepon berdering. Segera kusambar. O, ternyata dari Tante Yohanna. Dia bilang, hari Minggu nanti Ratna akan pulang dari Kanada, sedangkan Dewi (anak kandung Tante) masih berada di Swiss.

Karena Tante berada di kota Yogya, dia minta tolong ke saya agar aku menjemput Ratna di Bandara Soekarno-Hatta. Wah, repot juga, aku belum pernah melihat rupanya Ratna. Gila.. gimana nih?

Akhirnya aku tanya Tante, apakah Ratna punya nomor fax di Kanada. Syukurlah, berdasarkan nomor fax itu aku minta Ratna kirim fotonya dan sekaligus minta informasi tentang nama pesawat, memakai baju warna apa, dan ciri-ciri khas lainnya.

Ketika kuamati foto adikku, wah.. lumayan. Tidak terlalu cantik, tapi juga tidak terlalu jelek. Ya.. mirip Nia Daniati-lah! Cantik adikku sedikit!

Akhirnya aku telepon ke Tante bahwa aku sudah dapat foto Ratna via fax dan akan menjemput Ratna di Bandara beberapa hari lagi.

Akhirnya aku berangkat ke Jakarta. Ibu tidak ikut sebab lebih suka tinggal di rumah, di Bandung. Sebelum ke Bandara aku ke rumah pemberian ibuku di Jl. Magonda Raya, Depok. Rumah yang mungil tapi punya halaman luas dan di depannya ada pohon jambu yang sedang berbuah lebat.

Esok harinya aku ke Bandara. Menit demi menit aku menunggu, akhirnya pesawat yang kutunggu akhirnya tiba.
Mataku tajam menatap semua penumpang satu persatu. Aku mencari seorang gadis dengan ciri-ciri: mengenakan baju warna cream, wajah mirip Nia Daniati, dan di tangan kirinya memegang tustel/kamera. Ketika pada antrian terakhir, gadis yang mempunyai ciri-ciri itu berhasil kutemukan.

-”Ratna..”, suaraku kuarahkan padanya. Dia menoleh..
-”Eh.., Mas Yono ya?”. Aku mengangguk.
Dia berlari kecil. Dijabatnya tanganku. Akupun mencium pipi kiri dan pipi kanannya. Biasa, nggak apa-apa khan? Dalam hati aku kagum, ternyata Ratna lebih cantik dibanding Nia Daniati. Umurnya waktu itu 20 tahun, sedang aku 22 tahun. Selisih dua tahun.
-”Aduuh, nggak nyangka ya, adikku cantik sekali..”, pujiku.
Ratna cuma tersenyum sambil menarik kopor kecil yang ada rodanya.

Akhinya aku dan Ratna menuju ke Depok dengan mengendarai mobil pemberian bapak baruku. Sebenarnya sih, aku ingin mengantarkan Ratna langsung ke ibuku di Bandung dan setelah itu ke Tante Yohanna di Yogya.
-”Gila apa! Masih capek begini..”, adikku menolak langsung ke Bandung.

Akhirnya Ratna beristirahat dulu di rumahku di Depok. Langsung mandi dan setelah itu makan siang di salah satu restoran di Jl. Magonda Raya. Banyak sekali cerita Ratna selama dia di Kanada, mulai dari soal studi, obyek-obyek wisata dan ngobrol apa saja.

Di rumah Depok tidak ada siapa-siapa. Pembantu tidak punya, apalagi waktu itu aku masih bujangan. Kalau butuh makan ya beli. Apalagi Ratna nggak bisa masak. Jaman sekarang memang begitu, banyak gadis cantik, tapi nggak bisa memasak.

Rumah di Depok itu memang kecil. Hanya ada dua kamar tidur. Karena Ratna penakut, akhirnya malam harinya tidur di kamar tidurku. Nggak apa-apa khan? Toh Ratna adikku.

Malam pertama ini nggak ada kejadian apa-apa. Barangkali Ratna masih capek, dia langsung tertidur dengan lelapnya. Aku cuma bisa melotot saja melihat kimononya tersingkap sehingga pahanya yang mulus kelihatan. Walaupun Ratna adik kandungku, diam-diam aku mengangumi keindahan tubuhnya. Nggak apa-apa, khan?

Sebenarnya hari itu aku akan ke Bandung dengan Ratna, tapi Ratna menolak karena masih ingin menikmati kota Jakarta. Adikku masih berada di kamarnya, duduk di depan meja rias sementara aku berdiri di pintu kamarnya.

-”Masuk, Mas.. Kayak rumah orang lain aja!”, katanya sambil terus memoles bibirnya dengan lipstik. Matanya terus memandang kaca di depannya sambil duduk di kursi kecil.
Akupun masuk berdiri di belakangnya.
-”Mas, kebetulan nih, saya mau minta tolong..”, pintanya.
-”Minta tolong apa lagi?”
-”Ini nih, tolong ditarik ke atas..”, sambil menunjuk restluiting belakang gaunnya.
-”Manja..”, Meskipun demikian permintaannya kupenuhi. Kutarik pelan-pelan restluitingnya, ke atas sedikit demi sedikit sehingga punggungnya yang putih mulus tertutup.

Entah setan mana, tiba-tiba aku punya niat buruk terhadap adikku. Dari belakang, kucium pipi kiri adikku. Diam saja. Kemudian yang kanan. Diam saja. Adikku masih tetap memoles bibirnya dengan lipstick warna merah jambu.

Beberapa detik kemudian kucium leher belakangnya.
-”Ah, geli Mas..”, Ratna menggelinjang.
Walaupun kami berdua saling menyadari sebagai kakak beradik kandung, namun barangkali karena sejak kecil tak pernah bertemu, maka pertemuan itu memang rasanya lain, seolah-olah kami bukan sesaudara.
-”Boleh nyicipin lipsticknya yang di bibir?”, godaku.
-”Coba, nih..”, goda adikku sambil menunjuk bibirya. Bikin aku penasaran. Akupun mencoba menciumnya, tapi adikku mengelak. Ternyata dia cuma main-main.
-”Mas, jangan genit ah..”, Ratna bangkit berdiri dan melepaskan pelukanku dan berlari-lari kecil ke kamar tamu.
-”Kamu yang genit..”, akupun mengikutinya. Kulihat adikku tertawa kecil.
-”Coba cium saya kalau bisa”, tantangnya. Membuat aku benar-benar penasaran. Secepat kilat tangan Ratna kupegang, kupeluk erat-erat, kemudian kuangkat tubuhnya dan kubaringkan di kursi tamu yang panjang itu.
-”Kalau bisa cium, nanti kukasih hadiah seratus juta rupiah..”, ujarnya sambil tertawa kecil. Memang, semula niat kami memang cuma bercanda saja. Namun melihat Ratna tubuhnya terlentang dalam kondisi yang pasrah, maka akupun berhasil menaklukkannya. Kutindih tubuhnya, kemudian kucium lagi pipi kiri-kananya. Setelah itu, dengan susah payah, akhirnya Ratna berhasil kucium.

Kalau semula Ratna banyak tingkahnya, begitu kucium, dia tiba-tiba menjadi diam. Akhirnya dengan leluasa aku mencium bibir Ratna bukan sebagai seorang kakak ke adiknya, tetapi seakan-akan terhadap kekasih. Lama kelamaan, Ratna pun mulai membalas ciumanku. Kami saling berpandangan penuh arti. Ada rasa aneh di antara kami berdua. Rasa yang indah.

Kulihat nafas Ratna agak cepat. Nafaskupun demikian. Puas mencium bibirnya, aku cium lehernya, lantas kubelai-belai rambutnya yang pendek itu dengan penuh rasa kasih sayang. Aku mulai terangsang.

Pelan, kuangkat tubuh adikku. Dia diam saja. Lantas kubawa ke kamar tidurnya yang berbau harum itu. Kuletakkan di tempat tidurnya. Kembali aku merebahkan tubuhku di sampingnya. Kucium lagi, Ratna membalasnya dengan penuh gairah. Nafsuku semakin menderu. Darahku semakin bergejolak.

Sambil mencium, tangan kananku mengelus-elus pahanya. Ratna menggeliat. Tanganku semakin binal, terus keatas, keatas, keatas.. agak gemetar sedikit tanganku. Pelan.. kutarik kebawah celana dalamnya. Nggak bisa, soalnya Ratna memakai celana dalam full body, yang bentuknya seperti pakaian renang.

Terpaksa, tangan kananku beralih ke belakang punggungnya. Kutarik restluitingnya ke bawah.. kebawah.. kebawah.. Sedikit demi sedikit gaunnya kutarik kebawah. Dengan susah payah akhirnya berhasil kulepas. Tahap berikutnya, membuka BH dan celana dalamnya.Tidak semudah yang Anda sangka, karena berkali-kali Ratna memasang lagi. Namun aku tak menyerah.

-”Nggak diapa-apain, kok..”, aku meyakinkan.
-”Nggak mau ah..”, ujarnya sambil memasang lagi BH-nya.
Kalau yang begini-beginian sih, aku sudah hafal betul. Ratna sebenarnya ingin.. tapi masih diliputi rasa malu, takut, canggung atau rasa-rasa lainnya. Kalau sudah begini, laki-laki harus pandai memberikan rangsangan dan meyakinkan.

Begitulah,.. sesudah bersusah payah, akhirnya Ratna berhasil kulucuti sehingga tidak ada sehelai benangpun yang menutupi tubuhnya. Demikian pula, aku sudah dalam kondisi bugil. Burungku tegak berdiri dengan kerasnya.

Kami berdua saling berpelukan dan masih cium sana cium sini. Buah dada adikku masih rata.Meskipun demian tak mengurangi nafsuku. Kugigit kecil payudaranya. Dia melenguh. Matanya memejam.

Kujilati perutnya, lantas kucium sekitar kemaluannya.Kuremas-remas bulu-bulu kemaluannya yang hitam halus itu. Kulihat Ratna mulai terangsang. Sebentar-sebentar dari mulutnya keluar ssh.. ssh.. sshh.. pertanda kalau dia mulai berkobar nafsunya.

Sekitar satu dua menit kemudian, aku mengambil posisi di atas tubuhnya. Sambil terus meremas-remas tubuh Ratna, ujung burungku mulai kumasukkan ke lubang kemaluan Ratna.

Kulihat Ratna meringis, seolah-olah menahan rasa sakit. Kucium pipinya dan kubisikkan bahwa apa yang akan terjadi tidak akan sakit.
-”Aku belum pernah, Mas”, bisiknya.
-”Tahan dikit.. sakitnya sedikit..”
Begitulah.. burungku mulai masuk.. 25%.. 50%.. 75%.. akhirnya 100%. Ratna memelukku kuat-kuat. Ternyata benar, Ratna ternyata masih perawan. Beberapa tetes darah merah membasahi sprei. Kulihat Ratna menangis. Namun aku tetap menggoyang-goyangkan burungku pelan-pelan.

Sekitar tujuh menit kemudian.. spermaku pun mulai menyemprot keras. Kupeluk tubuh adikku keras-keras. Crut.. crut.. crut.. crut.. Setelah itu aku merebahkan tubuhku di samping tubuh Ratna.
-”Maafkan aku, Ratna..”, kataku.
-”Nggak apa-apa, Mas..”, jawab Ratna polos.

Ratna mengaku, selama di Kanada tidak pernah pacaran, walaupun pergaulan di sana cukup bebas! Masalahnya, dia tidak suka dengan bule. Entah apa alasannya, Ratna tidak menjelaskan. Di Kanada, katanya, memang banyak yang naksir, tetapi nggak ada yang cocok. Bahkan dengan mahasiswa Indonesia yang berada di sana diapun tak suka.

Yang agak mengejutkan,.. Ratna sering melakukan hubungan seks..d engan rekan sejenisnya! Wow.. aku terasa tersambar petir!
-”Jadi, kamu lesbi..?”, aku ingin tahu.
-”Mungkin itu istilahnya. Tapi, itu saya lakukan semata-mata karena aku takut hamil jika kulakukan dengan pria. Jalan keluarnya, aku melakukannya dengan teman sejenis”
-”Bisa orgasme?”
-”Yaah.. begitulah! Kepulanganku ke Indonesia ini ingin menjadi gadis yang wajar-wajar saja..”
-”Maksudmu..?”, tanyaku sambil mengelus-elus pahanya.
-”Ya,.. aku nggak mau melakukannya dengan sesama jenis lagi. Aku ingin menjadi gadis yang normal, seperti wanita-wanita lainnya..”
-”Dengan saya tadi, kamu tidak orgasme, bukan?”, kupandang mata Ratna. Ratna menggeleng.
-”Belum,.. mungkin butuh waktu..”
Sesudah cerita kesana-kemari, akhirnya Ratna menuju ke kamar mandi dan kubantu mengantarkannya. Maklum, Ratna baru saja keperawanannya kurenggut. Masih ada rasa sakit di kemaluannya.

Malam harinya, seusai nonton TV, kami berdua segera menuju ke kamar tidur. Malam itu tak ada rasa canggung.
-”Mas.. jangan marah ya. Malam ini saya ingin merasakan orgasme dengan pria.. Nggak keberatan, khan?”
Aku tak menjawab, tapi langsung aku membuka baju, BH, rok dan celana dalam Ratna. Lantas kurebahkan di tempat tidur. Lagi-lagi kami berdua sudah dalam keadaan tanpa sehelai benangpun.

Kalau Ratna bicaranya blak-blakan, bisa kumaklumi karena dia pernah tinggal di luar negeri yang serba terbuka. Nggak seperti sebagian gadis Indonesia yang serba malu-malu (Iya khan? Aku belum pernah mendengar gadis Indonesia bilang begini: “Mas, tadi saya belum orgasme”. Kalau ditanya cuma senyum-senyum melulu. Iya, khan?).

Malam itupun aku berusaha memenuhi keinginan Ratna. Dengan posisi di atas, aku mulai lagi menggeluti Ratna. Rupa-rupanya Ratna suka permainan yang lembut. Akupun mengikuti irama ini. Pelan-pelan kumainkan burungku, kutarik.. kumasukkan.., kutarik.., kumasukkan.

Untuk selingannya kucium seluruh tubuh Ratna, perutnya, pahanya, punggungnya. Tubuhnya memang indah sekali. Putih, langsing.. cuma sayang payudaranya rata. Nggak apa-apa..

Kugigit pelan telinga kirinya. Dia menggelinjang. Kumasukkan lagi burungku. Kugoyang pantatku ke kiri, ke kanan, ke atas, ke bawah..
Keringat kami berdua mulai mengalir. Cukup lama kami bermain.
Beberapa saat kemudian:
-”Mas.. Mas.. Mas..”, katanya sambil menggelinjang ke kanan ke kiri. Aku tahu, Ratna hampir mencapai titik klimaks. Akupun mempercepat gerakan.. akhirnya.. kami berdua secara bersamaan bisa mengalami orgasme. Kami berdua saling berpelukan kuat sekali. Denyut-denyut kenikmatan kami rasakan. Spermaku muncrat dengan bebasnya ke kemaluan Ratna. Dalam posisi masih berpelukan, kuubah posisi, kutarik tubuh Ratna sehingga berada di atas tubuhku dan aku berada di bawahnya. Kuangkat lututku. Kugoyang-goyang pantatku ke atas ke bawah..

Sesudah itu, kami berdua berpelukan di bawah satu selimut.Capai bercumbu, kami berdua tertidur lelap sampai pagi hari.

-”Mas, Yuk mandi sama-sama..”, ajak Ratna. Kami berduapun mandi bersama-sama, saling menyiram, saling menyabun, sesekali sambil berciuman. Walaupun burungku dalam kondisi tegang, namun tidak ada acara khusus, meskipun Ratna memintanya.

-”Nanti sore saja Ratna. Harus ada jarak waktu..”, ujarku sambil mengeringkan tubuh Ratna dengan handuk berwarna kuning.

Sayang, ibuku dari Bandung sudah menelepon supaya hari itu juga aku mengantarkan Ratna ke Bandung karena ibuku sudah rindu sekali. Apa boleh buat, sesudah makan pagi, dengan kereta apa Parahiyangan kami menuju ke Bandung.

Ibuku menyambut kedatangan Ratna dengan penuh isak tangis karena gembira. Ratnapun demikian. Maklum, sudah belasan tahun tidak pernah bertemu. Aku cuma bisa diam membisu.

Esok harinya Ratna minta ijin untuk jalan-jalan denganku melihat-lihat kota Bandung yang sudah lama tidak pernah dilihatnya. Ibu mengiyakan tanpa rasa curiga sedikitpun.

Padahal, siang itu aku dan Ratna menyewa sebuah kamar di salah satu hotel yang cukup mewah. Di situlah, aku kembali menggeluti Ratna. Ternyata, siang itu Ratna bisa merasakan orgasme sampai dua kali. Katanya, betapa indahnya hubungan seks yang normal. Dulu, dia bisa orgasme dengan sesama teman wanitanya, namun orgasme dengan pria sejati ternyata jauh lebih nikmat!

Esok harinya dengan menumpang kereta api, aku mengantarkan Ratna ke ibu angkatnya, yaitu Tante Yohanna yang berada di kota Yogya. Dasar kami sedang gila, sampai di Yogya bukan langsung ke rumah Tante, tetapi cari kamar lagi di hotel dan kami berdua kembali bergumul. Kali ini kami berdua melakukannya di kamar mandi, sambil berdiri, sambil menyemprotkan air hangat dari shower. Sambil saling menyabun tubuh.

O, alangkah nikmatnya bersentuhan dengan tubuh dalam keadaan penuh air sabun. Rasanya benar-benar nikmat.

Esok harinya aku mengantarkan Ratna ke Tante Yohanna. Tidak ada rasa curiga sedikitpun di raut wajah Tante. Biasa-biasa saja.

Satu bulan kemudian, aku bagaikan tersambar petir ketika menerima fax dari Yogya, dari Ratna, yang mengatakan bahwa Ratna hamil. Inilah kebodohanku! Selama ini jika aku berhubungan seks, aku selalu menggunakan kondom. Tetapi dengan Ratna samasekali tidak pernah. Benar-benar aku bingung! Bodoh sekali aku!

Akhirnya aku interlokal ke Yogya, saya mohon Ratna ke Jakarta dengan alasan mau kerja di Jakarta. Begitulah, akhirnya Ratna ke Jakarta.

Tanpa buang-buang waktu, aku membawa Ratna ke salah satu klinik bersalin di Depok. Dengan imbalan Rp 5 juta, akhirnya kandungan Ratna bisa digugurkan. Agak mudah, karena usia kehamilannya baru satu bulan. Seminggu penuh, Ratna beristirahat total hingga kesehatannya kembali pulih.

Sebulan kemudian, Ratna dapat panggilan kerja di salah satu perusahaan konsultan yang berdomisili di Jl. Tebet Raya. Karena kantornya cukup jauh, Ratna mengontrak sebuah pavilyun mungil di kawasan Tebet. Setiap malam Minggu aku ke pavilyunnya dan mengulangi lagi kepuasan demi kepuasan. Ratna merasa berhutang budi kepadaku karena dianggapnya aku berhasil membebaskan Ratna dari dunia lesbianisme. Ratna merasa sebagai manusia normal..

Ya, kepuasan demi kepuasan kami reguk bersama. Batas antara kakak kandung dan adik kandung terasa tidak ada. Maklum, sejak kecil kami memang tak pernah bertemu..

Tamat

Tanktop pink yang punya massa depan besar






Bella, Wajahnya Seindah Tubuhnya





[Cerita Panas] Cherry - My Best Friend (Full Anal)

Written By detikberita.com on Jumat, 06 Januari 2012 | 22.00

Bacanya lebih enak kalo pake gambar yang ada disini biar fantasinya makin jalan hehehe

Januari 2008

“...Dan... Untuk penampilan terakhir… Juara bertahan 3 kali High School Modern Dance Competition… Everybody please welcome... Tim tuan rumah... THE FOXES!!”

Aula meledak dalam tepuk tangan. Teriakan bersemangat dan suitan riuh rendah. Lampu perlahan padam, tepuk tangan mereda. Hening, menanti.

Enam sosok berselubung jubah hitam bergerak perlahan memasuki panggung. Tepuk tangan dan seruan penonton mulai terdengar kembali. Alunan musik perlahan memenuhi ruangan. Keenam sosok tadi meliuk-liuk di atas panggung, sangat perlahan, seksi.

Tiba-tiba bunyi sirine terdengar kencang, dentuman drum menyusul setelahnya. Lima sosok di atas panggung menanggalkan jubahnya, berubah rupa menjadi lima cewek seksi dengan tank top putih dan hot pants sangat pendek. Penonton kembali meledak dalam tepuk tangan dan sorakan.

Kelima cewek itu menari, meliuk, menggeletar mengikuti hentakan musik. Lampu di atas panggung pun menari, menyinari panggung dengan berbagai macam cahaya yang berbeda. Seluruh aula menyaksikan dengan takjub. Memang kualitas tim modern dance SMU kami diatas tim-tim yang lain. Sudah 3 tahun berturut-turut The Foxes memenangi kejuaraan modern dance antar SMU se-Jakarta ini.

Aku menoleh ke sekelilingku. Ya, sudah kuduga. Sorot mata mereka menangkap kejanggalan dari penampilan The Foxes kali ini; dari enam dancer yang ada di atas panggung, lima orang sudah menari dengan sangat bersemangat, sementara 1 dancer lagi masih tetap berdiri membeku di bagian tengah panggung tanpa melepas jubah hitamnya.

Seolah menjawab rasa heran yang ada di hati penonton; musik tiba-tiba berhenti, diiringi kelima dancer yang menjatuhkan diri ke lantai panggung. Hening sesaat. Lagu “Bounce” dari Timbaland (soundtrack film Step Up 2: The Streets) tiba-tiba terdengar. Saat dentuman drum pertama terdengar, dancer keenam melempar jubahnya ke arah penonton. Cewek langsing berambut panjang hitam berkilau, dengan kulit sawo matang yang eksotis, mengenakan tank top hitam dan celana panjang baggy cargo hijau army itu mulai menari, menggerakkan tangan di atas satu-per-satu tubuh kelima temannya, dan “mengangkat” mereka seolah mereka hanyalah boneka kayu yang digerakkan dengan benang. Penonton meledak dalam sorakan dan tepuk tangan.

Aku nyengir, menggelengkan kepala. Itulah Cherry, kapten tim modern dance sekolahku dan sahabatku sejak SD. Keluarga kami sudah berteman sejak dulu; nenekku dan neneknya berteman saat masih di Semarang dulu, ibuku dan ibunya adalah teman SMU, dan kami bersahabat sejak SD. Rumah kami pun bersebelahan, jadi memang kami sangat dekat. Cherry ini cewek yang tomboy. Saat masih kecil dulu ia sering dikira cowok oleh banyak orang karena potongan rambutnya sangat pendek dan ia selalu bermain dengan cowok; entah kenapa tiba-tiba setelah masuk SMP ia mulai memanjangkan rambut dan terlihat lebih feminin.

Cherry terus menari, meliuk, popping. Ia dan kelima dancer yang lain bergerak dengan sangat harmonis sekarang, seolah menguarkan aura dari tubuh mereka. Tubuh-tubuh langsing mereka yang berkeringat berkilau tertimpa cahaya lampu. Cherry benar-benar menjadi pusat dari penampilan kali ini. Saat lagu mencapai bagian tengahnya, tiba-tiba kelima dancer yang lain membuat formasi menutupi Cherry dari pandangan, dan saat mereka bergerak membuka ternyata Cherry telah melepas celana hijaunya, menampakkan hot pants putih yang sangat seksi.

Para penonton, terutama yang cowok, bersorak dengan semangat. Aku tahu apa yang mereka perhatikan; pantat Cherry. Saat masih mengenakan celana panjang baggy cargo yang longgar saja semua orang sudah dapat melihat dengan jelas bentuk pantatnya yang sangat bulat dan montok, apalagi sekarang. Seolah mengerti keinginan penonton, Cherry bergerak maju ke arah depan panggung, membelakangi penonton dan menggetar, menggoyangkan pantatnya yang sangat seksi. Penonton menjerit tak karuan.

Aku melirik ke sebelah kananku. Tidak jauh dari tempatku berdiri, Andrew, kapten tim basket SMU kami, sedang didorong dan disenggol oleh beberapa temannya sambil bercanda.

“Cewek lu tuh, Dru!” teriak salah seorang cowok.
“Gila seksi abis!”
“Iyalah... Cewek gue! Heh! Udah jangan melototin pantatnya terus!”

Salah seorang sahabat Andrew berusaha memelankan suaranya, tapi aku masih bisa mendengarnya berbicara.

“Udah pernah lu anal belon?” tanyanya. Andrew terlihat agak kecewa.
“Belon, bro... Dia ga mau gue anal... Susah lah...” jawab Andrew dengan suara pelan.
“Yah... Iya sih... Kebanyakan cewek pada ga mau dianal ya...”
“Iya... Sayang, padahal pantatnya kayak gitu...”

Aku tersenyum. Ga mau dianal? Kataku dalam hati. Siapa bilang!


* * *


November 2002

“Oke, Dit! Kamu masuk, gantiin si Steven!”
“Ya, Pak!”

Aku bangkit dari tempat duduk pemain cadangan, mengencangkan tali sepatuku. Ini pertandingan pertamaku di tim sepak bola SMP. Setelah menunggu cukup lama di bangku cadangan dan bermain di tim B, akhirnya saatnya tiba untuk aku masuk dan menunjukkan kemampuanku di tim A.

Cherry, yang saat itu bertugas sebagai official pertandingan, mengangkat papan pergantian pemain. Nomor 7 keluar, nomor 13 masuk. Aku berdiri di sebelah Cherry, jantungku berdegup kencang. Pertandingan pertama, akhirnya!

Steven melangkah perlahan ke pinggir lapangan, diiringi tepuk tangan penonton. Ini hanya pertandingan persahabatan dengan SMP tetangga. Kami sudah unggul 3-1, dan pertandingan sudah hampir berakhir, sehingga pelatih melakukan penggantian pemain untuk mengulur waktu dengan memasukkanku yang masih kelas 1. Walaupun begitu, aku tak akan menyia-nyiakan kesempatan ini!

“Ciee... Pertandingan pertama...” bisik Cherry, masih mengangkat papan itu. Aku tersenyum.
“Jangan tegang ya, Dit! Gue tau lu jago...” katanya lagi.
“Sip... Doain ya...” kataku. Steven, kelas 3, menghampiriku, menepuk tanganku.
“Gud luck, man...” katanya. Aku mengangguk.

Tepat sebelum berlari memasukki lapangan, tanpa sepengetahuan semua orang lain, tangan kiriku iseng meremas pantat Cherry. Cherry berjengit kaget, berusaha menggapai lenganku untuk dicubitnya, tapi aku buru-buru lari sekencang-kencangnya ke posku sebagai gelandang kanan.

Aku menoleh ke arahnya di pinggir lapangan. Muka Cherry merona merah. Mulutnya membentuk cengiran antara kesal dan geli. Ia menjulurkan lidah padaku. Aku nyengir, membalas menjulurkan lidahku.

Sudah berapa lama ini kami sering bercanda seperti itu. Sejak tanpa sengaja aku menepuk pantatnya saat akhir kelas 6 SD yang lalu, aku selalu berusaha mencari kesempatan untuk merasakan keempukkan pantatnya. Entah kenapa, sensasi empuk dan padat pantat Cherry tak pernah bisa hilang dari pikiranku sejak hari itu. Cherry selalu jengkel dan berusaha menghindar dari tepukan atau remasan tanganku di pantatnya, tapi kalau aku berhasil, ia tak akan menolak.

Jeffrey mengoper bola pada Satria. Satria menerimanya, mengontrol bola sebentar dengan kaki kanannya, kemudian berlari kencang menerobos bagian tengah lapangan. Dua pemain bertahan lawan datang menghadang. Ia terpojok. Tapi saat itulah peluangku datang.

“Sat!” teriakku. Satria menoleh sekilas, kemudian menyodorkan umpan ke arahku. Bek lawan terkejut karena menyadari aku bebas dari penjagaan. Aku berlari sepanjang sayap kanan lapangan, dikejar oleh bek kiri dan bek tengah musuh. Saat mereka hampir menyentuhku, aku sudah melepaskan umpan silang ke arah kotak penalti.

Satria dan kiper lawan sama-sama meloncat, menggapai bola. Satria lebih tinggi, menyambut bola dengan kepalanya. Sundulan terukur ke arah gawang yang kosong...

* * *

“Duuh... Yang dipuji pelatih...”
“Hahaha diem deh!”

Kami sedang berjalan ke arah gudang olahraga untuk mengembalikan bola dan perlengkapan pertandingan yang lain. Hari sudah sore, sekitar pukul 5. Sekolah sudah sepi. Hari ini memang giliranku yang beres-beres perlengkapan, dan Cherry membantuku. Pelatih meminjamkan kunci gudang olahraga dan memintaku menyimpannya dulu malam ini karena ia harus buru-buru pulang.

Akhirnya kami menang 4-1 di pertandingan persahabatan tadi. Seusai pertandingan, pelatih secara khusus memuji umpan silangku yang membuahkan gol keempat tadi. Aku cukup bangga; pertandingan pertamaku berlangsung sukses. Tapi rupanya pujian dari pelatih tadi menjadi bahan bagi Cherry untuk menggodaku.

“Keren loh tadi...” kata Cherry sungguh-sungguh.
“Iya, iya... Thank you... Udah donk jangan digodain terus...” kataku.
“Hahaha... Siapa yang godain sih? Emang keren tau!” katanya lagi.
“Iya iya...”

Kami sampai di gudang olahraga. Aku meletakkan keranjang bola di lantai dan membuka kunci pintu. Gudang ini cukup besar, salah satu yang paling besar di sekolahku. Kami masuk, menutup pintu, dan mulai meletakkan jaring gawang, bola-bola, serta rompi-rompi latihan di tempatnya masing-masing.

“Eh, rompi tempatnya di atas ya?” tanya Cherry, sambil mendongak.
“Ya. Di rak nomer tiga itu... Duh susah amat sih ditaruhnya di situ...” kataku.
“Gapapa... Biar gue yang taro di sana,” jawabnya. Ia mulai memanjat kotak-kotak yang ada di lantai dan menggapai rak nomor tiga. Aku memperhatikannya, dan saat itu mataku terantuk pada pantatnya. Sejak kecil pantat Cherry memang sudah sangat bulat dan lebih tebal dari pantat cewek-cewek lain seusianya.

Aku nyengir saat melihat kesempatan besar itu. Aku berjingkat perlahan ke belakangnya. Cherry tidak memperhatikanku, masih berusaha meletakkan rompi-rompi latihan itu.

“Bisa?” tanyaku, mengalihkan perhatiannya.
“Bi... Sa... Sih... Tunggu...” kata Cherry, berkonsentrasi penuh pada rompi.

Saat itu aku meremas kencang-kencang pantatnya yang montok dengan kedua tanganku. Cherry yang terkejut kehilangan keseimbangan, terpeleset. Aku pun terkejut dengan reaksinya yang mendadak itu, sehingga tak sempat menghindari tabrakan. Kami jatuh terjerembap ke lantai gudang olah raga, diikuti setumpuk rompi dan kardus kosong.

“Aduuuhhh!!! BEEGOOO!!! Ngapain sih lu tau-tau ngeremet pantat gue gituu!!??” raung Cherry kesal.
“So... Sory... Gue ga nyangka lu bakal reaksinya sampe heboh gitu...” kataku membela diri.
“Iiihhh... Nyebelin banget tau nggak! Sekarang musti ngeberesin lagi semua kan!” katanya, masih kesal.
“Iya... Iya... Sory...”

Aku membantunya berdiri. Lutut Cherry memar menghantam lantai, sementara siku lengan kananku juga memar. Sesaat sepertinya Cherry sudah akan mulai mengomeliku, tapi saat berikutnya ia menghela napas, dan mulai memberesi rompi dan kardus yang berserakan di lantai. Kali ini aku membantunya, merasa bersalah.

“Kenapa sih lu demen banget sama pantat gue?” tanya Cherry setelah diam beberapa lama.
“Heh?” aku terkejut ditanya seperti itu. “Eh... Ya... Abisnya...”
“Apa?”
“Ya kan empuk...” jawabku, bingung.
“Iiih... Nyebelin!!” ujarnya sewot. Tapi aku menangkap nada geli dalam suaranya. “Udah? Empuk doank? Kalo empuk doank mah remet aja tuh bantal lebih empuk...”

“Ya nggak lah... Padet juga...” kataku, lebih berani. “Montok...”
“Iih... Terus?”
“...Apa lagi? Kenyal... Gede... Seksi...”
“Iihh...”

Muka Cherry merona merah. Sekilas aku melihat senyum malu di bibirnya yang tipis.

“Sama cewek yang di video lebih seksi mana?” tanyanya tiba-tiba.

Aku terkejut. Beberapa malam sebelumnya kami bermain internet di kamarku. Ketika itu kami iseng-iseng membuka situs bokep, dan tanpa sengaja kami menemukan cuplikan video anal sex. Kami benar-benar terpaku menonton video itu, dan saat video itu selesai, hal pertama yang ada di pikiranku adalah pantat Cherry. Cherry pun sepertinya tak dapat menghilangkan adegan itu dari benaknya. Sejak itu kami cukup sering membahas tentang anal sex, dan tanpa sepengetahuannya, aku membayangkan diriku meng-anal Cherry, bahkan sampai terbawa ke mimpi basah!

“Eh... Eh...” aku tak tahu harus menjawab apa. Cherry terlihat serius.
“Eh... Ya... Gatau deh...” jawabku, bingung.
“Oh... Oke...”

Hening. Ada rasa canggung dan aneh yang menyelimuti diriku. Jantungku berdegup kencang. Bayangan tentang diriku meng-anal Cherry kembali muncul, lebih jelas dari hari-hari sebelumnya.

“Eh... Lu... Lu suka kebayang video itu ga?” tanya Cherry.
“I... Iya lah...” jawabku. “Kenapa?”
“... Lu... Kebayang ngelakuin itu?”
“HeeH? Cher... Koq nanya gitu?” kataku. Panik.
“Dit... Serius... Lu kebayang ngelakuin itu...” katanya lagi. “...Itu... Anal?”
“Eh... Iyalah... Ya... Iya...” jawabku gelagapan.
“Kebayangnya sama siapa?”

Aku benar-benar panik sekarang. Rasanya seperti ketahuan berbohong di depan orang tua. Jantungku berdegup tak karuan. Aku tak mungkin menjawab jujur!

Saat aku masih bingung, tiba-tiba Cherry menjawab semuanya.

“Karena sejak malem itu gue kebayang terus di-anal sama lu...”

Aku kaget bercampur lega. Jadi Cherry juga membayangkan apa yang aku bayangkan! Aduh... Ini gila...

“Eh... Serius lu?” tanyaku. Cherry mengangguk. Mukanya merah padam sekarang.
“Sampe kebawa mimpi...” katanya pelan.

Aku bingung. Saat itu, entah kenapa, aku merasakan celana pendekku mulai sempit. Penisku menegang. Bayangan adegan analku dengan Cherry semakin jelas, mengaburkan pandanganku.

“Eh... Gue... Gue juga tau...” kataku akhirnya. “Kebayang anal sama lu terus...”
“Iya?” tanya Cherry. Nadanya bersemangat. “Serius?”
“Ya... Eh...” kataku, agak malu. “Sampe kebawa mimpi juga...”
“Lu... Eh... Kebayangnya gimana?”
“Ya gitu... Dari belakang...” kataku. Keberanianku mulai kembali.
“Sampe keluar? Kayak yang di film?”
“Iyalah...”
“Oh...”

Kami terdiam lagi. Tak tahu harus melanjutkan ke mana.

“Eh... Ayo beresin... Udah sore loh...” kataku canggung. Aku mulai membungkuk dan memasukkan rompi ke dalam kardus lagi saat tiba-tiba Cherry memelukku dari belakang.

“Ch... Cher?” tanyaku kaget.
“... Dit...” bisiknya. Suaranya bergetar. “... Dit gue pengen...”
“... Pengen apa?” tanyaku. Aku sudah tahu jawabannya bahkan sebelum bertanya.
“... Anal...”

Penisku tegang sekuat-kuatnya. Sakit rasanya terjepit di dalam celana dalam dan celana pendek SMP yang kaku.

“... Mau nggak lu anal-in gue?”
“Eh... Cher! Gila ah... Itu kan cuma film... Jangan lah,” kataku, menyangkal diriku sendiri.
“Tapi gue pengen... Gue ga bisa ngilangin bayangan lu lagi nusuk-nusuk pantat gue...” katanya. Suaranya terdengar merana. Aku tahu rasanya terus terbayang-bayang sesuatu yang tak dapat hilang.

“...Iya... Iya gue juga kebayang-bayang sih...”
“Iya kaan!! Ayo donk, Dit... Pliss...” pintanya.

Ini gila. Sahabatku memintaku untuk meng-analnya. Cherry sudah terdengar seperti orang yang sangat horny sekarang, dan jujur, aku pun sudah berhari-hari onani sambil membayangkan penisku menghujam pantatnya yang seksi itu.

“Eh... Dari pantat ga bisa hamil ‘kan?” tanyaku.
“Ya nggak lah...” katanya, masih memelukku. “Lagian gue belon dapet... Tenang aja...”

Aku berbalik, menatap matanya.

“Lu bener-bener yakin?”
Tak menjawab, Cherry membuka retsleting rok biru SMPnya, dan menjatuhkannya ke lantai, menampakkan pahanya yang mulus dan celana dalam putihnya.

Aku bingung harus mulai dari mana.

“Eh... Yang... Di film itu kan...”
“Dari ciuman pertamanya...” kata Cherry.
“Ya...”

Kami bergerak perlahan, saling mendekat. Cherry mengalungkan tangannya di leherku dengan kaku, aku memegang pinggangnya yang langsing dengan canggung. Sesama pemula.

Aku melepas kacamataku dan mendekatkan wajahku ke arah wajahnya. Cherry memejamkan mata, menunggu. Dengan gemetar, aku menggerakkan wajahku semakin dekat ke wajahnya. Perlahan, bibir kami bersentuhan. Sensasi dingin aneh menjalar di tubuhku saat kami berciuman untuk pertama kalinya. Aku menggerakkan bibirku perlahan, menarik bibir bawahnya. Cherry membalas ciumanku.

Kami berciuman dengan sangat kaku untuk beberapa lama, tapi setelah beberapa saat, ketegangan mulai mencair. Aku mulai menyadari bahwa bibir atas Cherry lebih tebal dari bibir bawahnya, sehingga aku mulai melumat bibir atasnya dengan nikmat. Cherry mengikuti gerakan bibirku. Ciuman kami semakin panas, pelukan kami semakin erat. Perlahan, tanganku bergeser turun, meremas-remas pantatnya yang montok dan padat. Penisku sudah tegang sekali sekarang. Belum pernah aku meremas pantat Cherry sebebas ini.

“Mmh... Masuk aja tangannya, Dit...” katanya, melepas ciuman kami.

Aku menurut, kumasukkan tanganku ke dalam celana dalamnya. Kulit pantat Cherry mulus sekali. Aku meremas-remas pantatnya dengan nafsu. Empuk dan penuh sekali rasanya.

Cherry bergerak, mencium leherku. Aku merasa seperti disetrum aliran listrik. Kami merosot ke lantai, berbaring. Cherry di atasku. Kami kembali berciuman. Aku menjulurkan lidah ke dalam mulutnya, yang seketika itu juga langsung dibelit oleh lidahnya. Nafas kami semakin cepat. Decak lidah kami memenuhi gudang olahraga sore itu, seksi sekali.

Aku melepaskan ciuman. Benang ludah tipis menjuntai menghubungkan mulut kami. Nafas kami terengah. Cherry menatap mataku dalam-dalam dengan matanya yang sipit. Ia tersenyum, dan saat itu untuk pertama kalinya aku menyadari bahwa Cherry adalah gadis yang sangat manis.

“Lu cantik, Cher...” pujiku, jujur. Cherry nyengir. Aku juga baru menyadari bahwa giginya sangat rapi.
“Thank you...” bisiknya. Pipinya merona merah. Ia menunduk, mengangkat bagian bawah kaosku. Cherry membantuku membuka kaosku. Kami bertatapan lama sekali, kemudian mulai berciuman lagi. Kali ini lebih luwes dan dahsyat dari sebelumnya. Tanganku meremas pantatnya yang montok. Semakin kuremas, penisku serasa semakin tegang.

Kami melepas ciuman lagi. Cherry bangkit, menarik salah satu matras olahraga, meletakkannya di lantai, dan berbaring di situ. Aku bergerak, menindihnya dengan lembut. Cherry nyengir.

“Lu berat...” katanya sambil mencium pipiku.
“Heeh? Lu gue bilang cantik, lu bilang gue berat?” kataku, menggodanya. Cherry tertawa.
“Tapi enak koq, yang...” bisiknya lembut. Jantungku serasa berhenti berdetak tadi saat ia memanggilku ‘yang’... Entah kenapa. Aku menciumi lehernya perlahan. Cherry memejamkan mata, menikmati.

“Sshh... Oohh... Dit... Mmhh...” desahnya.

Aku membuka kemeja putih seragam SMPnya perlahan-lahan. Cherry masih mengenakan miniset, dan toketnya masih hanya berupa tonjolan kecil di dadanya, tapi itu tak mengurangi nafsuku. Kubuka minisetnya perlahan, melemparnya ke sisi ruangan. Kugulingkan Cherry ke sebelahku, kemudian kutindih dia lembut. Kujilat putingnya yang berwarna pink sangat muda. Cherry mengejang, mendesah nikmat.
“Mmh... Ditt...” bisiknya.

Cherry menarik celana pendekku hingga terbuka. Penisku yang sudah sangat tegang telah menyembul keluar dari celana dalamku. Cherry mengelusnya perlahan, enak sekali. Kami berciuman lagi. Tanganku kembali merogoh ke dalam celana dalamnya. Iseng, aku menggosokkan jari tengahku di belahan pantatnya. Cherry mengejang.

“Mmhh!!” desahnya. “Aahh... Dit... Gituin lagi...”

Aku menggosok-gosokkan jari tengahku di belahan pantatnya. Cherry terlihat sangat keenakan sekarang. Ia menciumku semakin dahsyat, membelit-belit lidahku. Tangannya mencengkeram rambutku. Aku semakin berani menggerakkan jemariku. Iseng lagi, aku berusaha menusukkan jari telunjukku ke dalam anusnya. Cherry mengejang lagi.

“Aaaahh!! Dit! Yes! YES DIT GITUIN! MASUKIN!” jeritnya. Cherry sepertinya sudah dikuasai nafsu. Perlahan, aku memasukkan telunjukku ke dalam anusnya. Sulit sekali.

“Aahh... Aaahhh!!” desah Cherry. Telunjukku akhirnya berhasil masuk, perlahan, aku mendorongnya semakin jauh ke dalam hingga masuk seluruhnya.

“Ooh... Ooh Dit... Nnhh...” desah Cherry tak karuan.

Aku memainkan jari telunjukku di dalam anusnya. Menarik, menusukkannya lagi, menariknya lagi, kemudian memasukkannya. Aku bahkan memutar-mutarnya perlahan di dalam anusnya. Tubuh Cherry bergetar hebat. Nafasnya memburu.

“Aaahh... AAAHHHH!!!!!” jeritnya tiba-tiba. Tanganku seperti disiram cairan dingin tiba-tiba. Cepat-cepat aku menarik tanganku keluar.

“Eh? Lu kencing?” tanyaku kaget.
“Aah... Hhh... Nggak... Nggak tau... Enak banget.... Ooh....” jawabnya tak karuan. Saat itu aku belum tahu apa itu squirting, sehingga kupikir Cherry baru saja mengencingi tanganku.

“Cher... Langsung aja ya?” ajakku. Aku tak mau tanganku dikencingi lagi. Cherry mengangguk, menelungkup di atas matras. Aku berdiri, bersiap di belakangnya. Cherry mengangkat pinggulnya, nungging ke arahku.

Aku jongkok, perlahan melepaskan celana dalam putihnya. Pantatnya yang bulat dan seksi sepenuhnya terpampang di depanku sekarang, juga vaginanya yang tak berbulu, yang sudah sangat basah.

Aku mengarahkan penisku ke anusnya. Aku gugup sekali. Belum pernah aku melakukan ini sebelumnya. Referensiku hanya film-film dan gambar-gambar bokep yang aku lihat sebelum ini.

“Eh, Cher... Lu... Lu yakin mau gue anal?” tanyaku, takut.
Cherry terdiam sesaat sebelum menjawab, dengan suara yang cukup mantap, “Ya.”

Aku menggerakkan penisku yang sangat tegang ke arah anusnya. Perlahan, kutempatkan kepala penisku di belahan pantatnya. Cherry mulai mengejang. Perlahan, sangat perlahan, aku menekankan kepala penisku ke anusnya. Cherry memejamkan mata, meringis. Aku menekankan penisku semakin kuat. Susah sekali.

“Ssshhh... D... Dit... Mmmhh...”

Aku menekankan penisku dengan tenaga yang lebih besar, sekuat tenaga. Tiba-tiba, kepala penisku masuk menembus anus Cherry. Keras sekali.

“AAAHHH... AAAAaaaaAAHHH!!!! AAAHH!!!” Cherry menjerit-jerit. Aku kaget, cepat-cepat menarik lepas kepala penisku dari anusnya. Wajah Cherry merah padam, tubuhnya gemetar hebat.

“Cher... Cher sorry... Sa... Sakit? Lu gapapa?” tanyaku panik. Aku takut sekali.
Cherry tak menjawab. Ia berusaha mengatur nafasnya. Tubuhnya gemetar.

“Ga...” jawabnya. Suaranya bergetar. “Gapapa... Lanjutin...”
“Be... Bener? Sory Cher...”
“Gapapa... Mmh... Be... ner... Mmmhh... Masukin... Lagi...”

Aku sangat takut, tapi nafsu pun telah menguasaiku. Tadi rasanya kepala penisku seperti disedot sangat kuat ke dalam pantatnya. Enak sekali rasanya. Aku memainkan penisku di belahan pantatnya yang empuk dan kenyal. Nafas Cherry menjadi bertambah cepat lagi.

“Masukin, yang...” desahnya. Getaran itu kembali menyerangku.

Kumasukkan perlahan kepala penisku ke dalam anusnya yang sangat merah. Lebih mudah sekarang. Perlahan-lahan kutusukkan penisku semakin ke dalam.

“Nnnhhhh... YESS!!! YES DIT! Masukiin...” desahnya tak karuan.

Aku menjadi semakin berani. Tanpa aba-aba, aku menghujamkan penisku kuat-kuat ke dalam anusnya. Tiba-tiba aku merasa seperti penisku disedot dan dijepit kuat-kuat ke dalam pantatnya.

“Oohhh... OOH Cherr... Cher... Enak banget!” kataku keenakan. Cherry tersenyum. Wajahnya masih merah padam. Ia menggerakkan pinggulnya perlahan-lahan. Mengerti maksud Cherry, aku pun mulai menarik penisku dari anusnya perlahan-lahan. Detik berikutnya aku menghujamkan kembali kuat-kuat penisku ke dalam anusnya. Tarik, masukkan lagi, tarik, masukkan lagi, begitu terus, semakin lama semakin cepat. Pandanganku semakin kabur. Kenikmatan menjalar, membelit seluruh tubuhku.

“Aaaahh... Aaahhh... Aaa... Mmmhh... Dit... Diii...TT!!” Cherry mendesah-desah keenakan.

Aku menghujamkan penisku semakin cepat. Entah kenapa setiap kali aku menusukkan penisku, seolah-olah pantatnya menyedot penisku semakin kuat. Aku tahu aku tak akan dapat bertahan lama seperti ini terus.

“Cher.. Cherr... Pantat lu... Ooohh.. Koq... Koq kayak nyedot gue...”
“Ga... Gatau... Aaahhhh... Lu... Mmmhhh... Lu enak bangett... Aaahhh... Tambah kenceng lagi, yang...” pintanya.

Aku memejamkan mata. Sensasi ketat dan kuatnya sedotan bagian dalam anus Cherry yang membungkus penisku, dipadu dengan empuk dan lembutnya daging pantatnya yang besar yang menghantam-hantam pinggangku sungguh tak dapat kulukiskan dengan kata-kata. Aku tak tahan lagi.

“Chhheeerr... Cherry... Gue... Gue mau... Ooohh... Gue mau kelu...arr...” kataku terbata-bata.
“Keluarin di.... Aaahh... Aaahhh... Mmmmhhh... Nnnhh... Di... Daleem...mmmhh!!” ujarnya tak karuan. Air liurnya menetes dari mulutnya, tampak kacau sekali. Cherry mengencangkan jepitan pantatnya lebih kuat lagi.
“Dit... Ja... Aaahh... Jangan keluar dulu... Aaahhh... Mau... Mau keluar... Juuga... Aaahhh...”
“Ga bisa... Ga bisa Cheeer... Cher... Aaahhh... AAHHH... CHER.... CCHHEERRYY!!!!”

Crroottt... Crroott... Cruooottttt!! Aku meledakkan spermaku berkali-kali di dalam anus Cherry. Pandanganku kabur sama sekali. Sensasi orgasme di dalam tubuh cewek yang sesungguhnya sungguh berbeda dengan orgasme saat onani. Penisku seolah tak mau berhenti meledakkan sperma. Tak sampai dua detik kemudian, Cherry menjerit dan squirting sekuat-kuatnya.

“OOOOHHHH!!!!! DDIIII.....TTTT!!!!”

Tubuhnya terkulai lemas di matras. Aku menarik lepas penisku dari dalam anus Cherry. Anusnya terlalu sempit untuk menampung ledakkan spermaku di dalam sana, sehingga cairan putih kental itu mengalir keluar dari anusnya, melumuri pantatnya yang bulat dan seksi, mengalir melalui pahanya yang mulus dan melumuri matras tempat kami berbaring, bercampur dengan cairan vaginanya yang meledak dari dalam dirinya sendiri.

Aku roboh di sebelah Cherry, terengah-engah. Tubuh kurus Cherry tergeletak lemas, gemetar hebat. Keringat membanjiri tubuh kami.

“Oh... Ooohh... Ditt... Diitt...” desahnya terputus-putus. Aku tak dapat menjawab. Tubuhku pun gemetar. Cherry tampak kedinginan. Aku menoleh, menatap wajahnya. Ia beringsut perlahan mendekatiku, mengecup bibirku lembut.

“Thank you...” bisiknya. Aku mengangguk. Tanganku bergerak, gemetar, mengelus rambut pendeknya.
“Enak banget...” kataku. Cherry tersenyum.
“Kapan-kapan lagi, yuk?” bisiknya. Aku nyengir, mengangguk setuju.

Kami terdiam. Menikmati desah nafas kami. Aku melirik arlojiku, setengah tujuh malam. Aku memeluk Cherry erat. Ia mendekat padaku, menatap mataku dalam-dalam.

“I love you, Cher...” aku berkata lebih dulu kali ini. Mukanya kembali meronah merah padam. Senyum lemah mengembang di wajahnya yang bersimbah keringat.
“I... Love you too...” bisiknya.


* * *


Sejak hari itu, kami hampir setiap hari melakukan anal. Dan tentunya, tak butuh waktu lama bagi kami untuk mulai ML “dari tempat yang tepat”, dan mulai mencoba berbagai macam teknik lainnya. Kami pun sempat berpacaran selama beberapa lama, namun entah kenapa kami menyadari bahwa kami lebih cocok menjadi sahabat dari pada sepasang kekasih.

Kami sangat sering ML, dan anal sex menjadi favorit Cherry. Setiap kami ML, ia selalu memintaku untuk meng-analnya. Kami bertumbuh besar bersama. Cherry tumbuh semakin feminim; rambutnya semakin panjang dan indah, kulitnya menjadi sawo matang, mulus dan eksotis. Cherry sungguh-sungguh menjaga bentuk tubuhnya agar tetap langsing ideal, dan tentu saja, pantatnya dari hari ke hari menjadi semakin besar dan bulat (saat aku menulis cerita ini, ukuran pahanya 40, dan sebagian besarnya adalah pantat) semakin empuk, padat, kenyal, dan anehnya, tetap sempit walaupun sangat sering kemasukkan penisku.

Pada awalnya kami tak memperhatikannya, tapi lama-kelamaan, Cherry menjadi penasaran karena cewek-cewek lain yang sering anal, anusnya menjadi semakin longgar. Akhirnya akhir tahun lalu kami mencoba untuk datang ke dokter untuk mengetahui secara pasti. Setelah serangkaian tes dan pemeriksaan, akhirnya dokter berkesimpulan bahwa Cherry memang memiliki kelainan di anusnya. Dinding anus Cherry memang sangat lentur, tidak seperti dinding anus orang-orang lainnya. Kelenturan anus Cherry hampir menyamai kelenturan vaginanya, sehingga Cherry seolah memiliki 2 vagina. Selain itu di sekitar anus Cherry terdapat banyak saraf yang sangat sensitif. Saat itulah baru aku mengerti kenapa Cherry sangat mudah terangsang ketika aku menggosok-gosok anusnya. Kami bertanya apakah ini akan mempengaruhi kesehatan Cherry, dan untungnya dokter berkata tidak ada efek apa-apa dari dinding anus Cherry yang lentur ini.

* * *


Musik berhenti. Sekali lagi, aula meledak dalam tepuk tangan. Keenam dancer di atas panggung mengakhiri penampilan mereka yang menakjubkan. Aku tersadar dari lamunanku, menatap Cherry yang berdiri di tengah. Tubuhnya berkeringat. Sorot matanya menyinarkan kepuasan karena penampilan tim dancernya yang luar biasa.

Penonton berangsur pergi meninggalkan aula. Masih dua jam lagi sampai pengumuman juara dilakukan. Aku menoleh ke arah Andrew. Cherry telah ada bersamanya, ngobrol seru tentang penampilannya. Tangan Andrew sembunyi-sembunyi meremas pantat ceweknya yang montok. Cherry hanya mengernyit kecil. Sesaat, mataku dan mata Cherry bertatapan. Aku mengangguk pelan, mengacungkan kedua jempolku dan tersenyum pada sahabatku. Ia tersenyum cerah, mengucapkan terima kasih tanpa suara kepadaku.

Aku berbalik, hendak pergi meninggalkan aula, ketika tiba-tiba handphoneku bergetar di kantong celanaku. Kuambil dan kulihat, sebuah SMS masuk. Dari Cherry...

Ntar mlm di rmh lu?


Singkat. Aku menoleh ke arahnya. Cherry dan Andrew telah berjalan ke arah yang berlawanan arah denganku, tapi sekilas aku melihat Cherry mengerling dan mengedip ke arahku di balik rambut hitam panjangnya.

Aku tersenyum. Membayangkan apa yang akan kami lakukan di rumahku nanti malam sudah membuat celana panjangku terasa sempit di bagian tengah.


* * *


“Ooohhh YES! YES DIT! Harder!! Aaahhh...!!”
“Mmmhhh... Cherr... Mmmhhh...”

Malam itu, kami ML dengan sangat panas. Setelah menghabisi vaginanya, seperti biasa aku meng-anal pantat sahabatku yang luar biasa ini. The Foxes kembali menjuarai Modern Dance Competition, dan Cherry benar-benar mengeluarkan seluruh teknik terbaiknya malam ini untuk merayakan kemenangan timnya denganku.

“Cc...Cheer... Enak bangeet....”
“Aaahhh... Aahh.. Lu... Lu jug...aa...Hhhh...”

Sambil menghujam-hujamkan penisku ke dalam anusnya, pikiran tentang apa yang kudengar tadi siang kembali muncul di ingatanku.

“Cher... Cheer... Nnnhh...” panggilku sambil meremas dadanya dan memainkan putingnya dengan jemariku (ukurannya 34B sekarang, lumayanlah...).
“Hmmm? Aaahhh... Aaahhh... Dah... Dah mau... K...Kuar lagi? Aahh...” desahnya.
“Nggak... Aaahh... Cuma... Pengen nanya... Aah... Kenapa lu ga mau... Nnhh... Ga mau di anal sama... Nnhh... Andrew?” tanyaku, langsung ke sasaran.

Cherry tertawa sambil tetap mendesah. Aneh kedengarannya.

“Karena... Mmmhhh... Oohh... Oohh... Dit gue mau... Kelu...AARRR!!!!!” Cherry tiba-tiba menjerit dan squirting kuat-kuat. Aku belum puas, terus menghujamkan penisku ke dalam anusnya. Bunyi pantatnya yang menepuk-nepuk pinggangku menggema di kamarku yang dingin. Aku berganti meremas-remas pantatnya. Sensasi empuk dan padat yang selalu membuatku kangen dengannya.

“Karena apa... Mmmhhh....” tanyaku.
“Karena... Aahhh... Karena pantat gue... Nnnnhh.... Pantat gue...”
“Pantat lu? Mmmhhh....”
“Sebelon gue menikah... Pantat gue... Nnhhh... Aahhh... Cuma... Cuma boleh... Aaahhh...”
“Aahh... Cuma boleh... Apa... Cher?”
“Cuma... Nnnhhh... Cuma punya lu... Yang... “

Sebelum sempat ia mengatakan jawaban itu, aku sudah tak tahan lagi. Aku meledakkan spermaku sekuat-kuatnya ke dalam anusnya yang sangat sempit. Penisku menyemprot berkali-kali sebelum akhirnya berhenti. Ngilu rasanya.

Aku menarik lepas penisku, berguling ke sisi tubuh Cherry yang tertelungkup di atas ranjang. Ia menatap mataku, seperti berpikir. Aku kembali menanyakan pertanyaan yang tadi belum selesai dijawabnya.

“Sebelum lu menikah, pantat lu cuma boleh apa tadi?”
“Sebelum gue menikah...” jawabnya.
“... Iya?”
“Cuma punya lu yang boleh masuk ke dalem pantat gue...”

Jawaban itu sungguh tak pernah kuduga.

Tante satu ini nanggung banget pamer toket gedenya




Kalo punya guru kayak gini rela deh gak lulus





Kelakuan Cewek Kost yang kesepian di kamar



Sexy Dancer di Lintas Balapan





Cerita Panas

Model Seksi

More Article »
 
Support : Creating Website | Johny Template | Maskolis | Johny Portal | Johny Magazine | Johny News | Johny Demosite
Copyright © 2011. IndoHoi - All Rights Reserved
Template Modify by Creating Website Inspired Wordpress Hack
Proudly powered by Blogger